dampak krisis ekonomi

Fakta Mengejutkan Mengenai Krisis Ekonomi Indonesia Masa Pandemi Covid 19

Haluanindo – Bank Indonesia mengatakan krisis ekonomi global akibat pandemi COVID-19 merupakan salah satu yang terparah sepanjang sejarah.
Sementara itu, solusi yang dimaksud berupa titik keseimbangan yang diharapkan mampu memutus mata rantai penularan virus corona jenis baru sekaligus mampu menopang proses pemulihan ekonomi.

Akibatnya, proses pemulihan ekonomi global berjalan lambat dan disertai ketidakpastian.
krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 lebih parah dari berbagai wabah yang melanda dunia. Terutama yang berkaitan dengan flu.
Namun, kini pemerintah mengklaim Indonesia telah keluar dari jebakan krisis ekonomi Corona.
Di sini haluanindo.com akan merangkum sejumlah fakta menakjubkan tentang topik ini.

1. Dampak krisis Covid-19 paling besar

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, krisis akibat pandemi Covid-19 jauh lebih besar dibandingkan krisis yang terjadi pada tahun 1998 dan 2008. Karena krisis ini diakibatkan oleh merebaknya virus atau penyakit yang secara langsung mengancam manusia.

Ia mengatakan, meski Amerika Serikat memiliki lebih banyak sumber keuangan dan membuat vaksin pertama, itu bukan jaminan negara Paman Sam tidak akan terjangkit Covid-19. Bahkan, jumlah korban COVID di amerika serikat jauh lebih besar dibandingkan saat Perang antar Vietnam.
Karena nyawa manusia terancam secara langsung, maka krisis ketiga yang terkena dampak langsung adalah keuangan negara

2. Krisis ekonomi Akan Berangsur Stabil pada tahun 2021

Kepala Badan Kebijakan Keuangan Kementerian Keuangan Vibrio Kakaribo mengatakan, Indonesia termasuk negara yang ekonominya sudah kembali ke level sebelum pandemi. Negara-negara yang ekonominya telah kembali ke tingkat sebelum pandemi adalah Singapura, Indonesia, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan China.
Sementara itu, di sisi lain, masih banyak negara yang belum mampu keluar dari jebakan epidemi. Beberapa negara yang belum kembali ke level pra-pandemi adalah Filipina, Meksiko, Italia, Jerman, dan Prancis.

Baca Juga  23 Cara Mendapatkan Cuan Dengan Cepat Di Era Digital

3. Kecepatan Fase pemulihan lebih cepat dari krisis

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19 lebih cepat dibandingkan krisis moneter 1997-1998. Apalagi, krisis moneter saat itu membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memulihkan beberapa indikator ekonomi.
Sebagai contoh, pada masa krisis 1997-98, sektor manufaktur mengalami kontraksi yang sangat dalam. Bahkan butuh tujuh tahun untuk pulih.

Sekarang hanya butuh lima kuartal, bukan lima tahun. Kemampuan kami untuk pulih sekarang.
Kepala Badan Kebijakan Keuangan Kementerian Keuangan, Vibrio Cacaribou menambahkan, krisis pada tahun-tahun sebelumnya, dan pemulihan ekonomi memakan waktu tiga hingga empat tahun.

Namun, untuk wabah virus corona, Indonesia hanya butuh 1,5 tahun untuk bangkit perlahan.
Dalam krisis 1998, kami butuh 3 sampai 4 tahun untuk keluar dari krisis. Pandemi Corona akan memakan waktu 1,5 tahun. Di mana pemulihan sudah akan muncul pada tahun 2021.”

4. Rahasia Indonesia untuk Masa Penyembuhan Yang Cepat

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19 lebih cepat dibandingkan krisis 1998. Dia menjelaskan, situasi ini terjadi karena pada tahun 1998, krisis melanda sektor keuangan. Jadi butuh waktu lebih lama untuk pulih.
Sementara itu, di masa krisis pandemi, pemerintah langsung melakukan tindakan pencegahan di sektor keuangan.

Dengan demikian, sektor keuangan cenderung stabil, tetapi sektor riil sangat terpengaruh oleh pembatasan pergerakan.
Namun, seiring dengan semakin terkendalinya penanganan pandemi, pergerakan juga semakin dilonggarkan. Sehingga aktivitas ekonomi bisa kembali bekerja dan sudah mulai terasa kebangkitannya meski wabah masih berlangsung.

Selain itu, meskipun masih dalam suasana epidemi, tingkat pengangguran dalam setahun mengalami penurunan. Pada Agustus 2020, tingkat pengangguran adalah 7,07%. Namun, pada Agustus 2021 terjadi penurunan angka pengangguran menjadi 6,18 persen atau 92 juta.
Bendahara negara mengatakan pemulihan lapangan kerja menunjukkan bahwa perekonomian nasional dalam tahap pemulihan. Pemulihan yang ingin dicapai tidak hanya untuk pemulihan, tetapi juga untuk perbaikan ekonomi yang berkelanjutan.

Baca Juga  Manfaat Menggunakan Buku Kas Dalam Bisnis

5. Bukan dampak krisis untuk pertama kalinya

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19 bukanlah akhir dari krisis yang dihadapi banyak negara. Sebab, ini bukan krisis ekonomi pertama dan kemungkinan akan terjadi krisis lain dengan keadaan yang berbeda.
Karena itu, pada pertemuan G-20 di Roma, Presiden Joko Widodo belajar dengan kepala negara lain untuk mengantisipasi krisis seperti yang terjadi pada 2008-2009. Hal ini agar negara-negara dapat belajar lebih banyak ketika terjadi krisis di masa depan.

“Mereka akan melihat mekanisme dunia menghadapi krisis yang mudah menyebar, dan bisa berdampak sistemik, karena bukan hanya kesehatan, atau neraca pembayaran atau perbankan, tapi bisa ada efek dominonya,” ujarnya.

Originally posted 2022-03-02 20:22:24.